Thursday, February 01, 2007

Antara amal dan hasil

Episode kemenangan:


Terkadang sebagian orang berputus asa ketika tidak menyaksikan hasil yang cepat atas apa yang dilakukan oleh mereka–mereka yang berijtihad dalam dakwah yang berkah ini. Mereka melihat masyarakat yang melakukan amal didalamnya melepaskan rasa malu hari demi hari, dengan melalui jalan yang cepat dan berbahaya, yang menjadikan sebagian kelompok ini berputus asa dari gunanya beramal bersama meraka. Sesungguhnya kelompok ini, ketika mereka melakukan amaliyah dakwah itu mereka melupakan hakekat yang penting, yaitu sesungguhnya ia adalah hamba Allah yang tidak dituntut darinya lebih banyak dari sekedar amal, yang dituntut hanyalah untuk menyampaikan, akan tetapi sesungguhnya hidayah bukanlah yang dituntut darinya, apalagi memang sesungguhnya ia tidak memiliki hidayah itu.

Ini bukan berarti tidak memperhatikan hasil dan tujuan amal, atau juga bukan berarti tidak yakin dengan kemenangan. Karena sesungguhnya tsiqoh dengan kemenangan adalah pendorong amal. Akan tetapi yang dimaksud dengan hasil adalah hidayah bagi manusia, yang dampaknya adalah merubah tatanan masyarakat, dari masyarakat jahiliah kepada masyarakat islami. Dan itu tidak dituntut dari individu, akan tetapi yang diharapkan adalah amal yang terus menerus untuk sebuah kemenangan, yang kadang kalah tidak tercapai dengan tangan kita. Ini bukanlah yang menjadikan berhentinya untuk terus beramal.

Al-Banna mengingatkan pengikutnya

Beginilah Imam Syahid Hasan Al-banna mengingatkan dari sakit semacam ini yang kadang merasuki jiwa sebagian orang, ia berkata: “Wahai ikhwanul muslimin, sesungguhnya kalian mengharapkan keridhoaan Allah, dan mengharapkan pahala dan keampunan-Nya, dan itu akan dijamin buat kalian selagi kalian ikhlas. Allah tidak membebabkan kalian hasil dari amal kalian, akan tetapi yang dibebankan pada kalian adalah tujuan yang benar, dan persiapan yang sebaik mungkin. Dan kita setelah itu bisa saja salah, maka kita akan mendapatkan ganjaran orang yang berijtihad. Dan boleh jadi kita benar, maka kita akan mendapatkan ganjaran pemenang.”

Sayyid Qutub dan Ashabul Ukhdud.

Sesungguhnya hasil yang terlambat, dan ujian yang terus menerus seharusnya tidaklah menjadikan sebab berhentinya dari beramal. Kita tidak memiliki batasan hasil–hasil kecil, tidak juga hasil yang besar, akan tetapi yang perintahkan bagi pelaku dakwah yang dijanjikan akan kemenangan agama ini dari agama lainnnya adalah terus melakukan amaliyah dakwah.
Sayyid Qutub mengomentari kisah ashabul ukhdud sebagai mana perkataanya: “Disana ada contoh yang menggambarkan tidak ada orang mukmin yang selamat, dan kegembiraan orang-orang kafir yang dibiarkan hidup tanpa disiksa. Itu semua, mau tidak mau, adalah demi memantapkan orang-orang mukmin -pembawa dakwah- bahwa kadang-kadang mereka dalam perjalanan dakwahnya akan mengalami akhir dakwahnya yang seperti itu. Dalam hal ini mereka tidak dimintai pertanggungan jawab apapun. Yang dipertanyakan dari mereka hanyalah permasalahan aqidah dihadapan Allah. Apa yang perlu mereka lakukan hanyalah menunaikan kewajiban. Kewajiban menjadikan Allah sebagai satu-satunya tuhan, mengutamakan aqidah dari kehidupan duniawi, penuh percaya diri dengan iman yang dimilikinya untuk melawan coban, menyandarkan diri hanya kepada Allah atas seluluruh amal dan niatnya. Jika kewajiban iu telah ditunaikan, Allah akan berbuat bagi mereka dan musuh-musuh mereka, bagi dakwah dan agama-Nya, sesuatu yang Ia kehendaki, disinilah perjalanan sejarah iman berakhir. Mereka adalah pekerja Allah. Dimana, kapan dan bagaimanapun mereka bekerja, mereka pasti akan mendapatkan upah dari Allah. Mereka tidak perlu menggapai satu target apapun dari dakwah yang mereka lakukan itu. Perjalanan akhir dakwah adalah urusan Allah, bukan urusan mereka. Mereka hanyalah para juruh dakwah suruhan Allah.

Barang siapa yg di tangannya ada bibit kurma.

Rosulullah bersabda: “Jika hari kiamat tiba sedangkan ditangan kalian ada bibit kurma yang akan ditanam, maka hendaklah ia menanamnya. (HR. Ahmad 3/191, dishohihkan Al-bani)

Dalam hadist ini Rosulullah menyeruh kepada siapa yang ditangannya ada bibit kurma sedangkan ia mengetahui bahwa kiamat telah tiba dengan tanda-tandanya, dengan bergoncangnya bumi, terbelahnya langit, bertabrakannnya bintang dan planet satu sama lain, banjirnya air laut kedaratan, api-api menyala. Dengan kondisi yang ia sadari seperti itu, ia disuruh untuk menanamkan bibit kurma. Bukankah ini sebuah urusan yang aneh? Ini menunjukan bahwa yang dituntut dari seorang hamba bukanlah menunggu hasil sesuai dengan apa yang telah dilakukan seorang hamba atas perintah tuannya.
Ustadz Muhammad Qutub mengatakan : “Sesungguhnya ia mengatakan pada kalian: Bukanlah bagi kalian buah dari kesungguhan kalian, akan tetapi bagi kalian adalah kesungguhan itu saja, lakukanlah dengan sungguh dan janganlah menanti-nanti hasilnya. Tunaikanlah dengan iman yg sempurna, ini adalah kewajiban kalian, ini adalah urusan penting kalian. Sesungguhnya kewajiban kalian dan kepentingan kalian berakhir bersama kalian disitu, yaitu ketika kalian menanam bibitnya ditanah, bukan memetik buahnya. Dan dia berkata kepada mereka, bukan mengejek ataupun menertawakan mereka. Tetapi sesungguhnya mengatakan pada mereka sesuatu yg benar adanya."

Ketika anda bertanya pada diri anda sendiri kapan bibit ini akan berbuah? Bagaimana ia akan berbuah sedangkan di kiri kanannya ada angin dan hama dari segala arah? Ketika anda bepikir bagaimana ia akan hidup? Bukankan anda sendiri yang memotongnya ketika anda mengambil bibitnya? Akan tetapi ketika anda menanamnya ditanah dan menengadahkan kedua tangan anda memohon pada Allah, pada saat itulah anda titipkan pada tempatnya yang benar, yang memelihara tanaman itu dan memelihara anda.
Maka selagi seorang dai yakin dengan kemenangan, bukan tidak mustahil ia akan melihat kemenangan selagi ia yakin dengannya. Ia harus melakukan dengan tugasnya yang telah Allah tentukan, yaitu berdakwah pada jalan-Nya. Mengoftimalkan segala sebab yang akan mewujudkan pada kemenangan, dan setelah itu bukanlah hal yangg penting terealisasinya kemenangan itu dengan tangannya atau tangan orang lain.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home